Rosaline's Zone

Rosaline's Zone
Feel free to wear hijab.

Rabu, 25 Januari 2012

Lagu saat jatuh cinta!

Ketika saya jatuh cinta, saya akan terus mendengarkan lagu ini sepanjang hari. Liriknya benar-benar mewakili suasana hati saya ketika saya jatuh cinta. Hentakan musiknya membuat saya semangat. \(^,^)/    Lewat lagu ini, menurut saya, trio Hanson sukses membuat atmosfer semangat, tergesa, bertanya-tanya, ragu, gelisah, bingung, tapi sekaligus bahagia, perasaan-perasaan campur aduk yang sedang dialami orang yang sedang jatuh cinta! Ini dia lirik lagu itu!


www.youtube.com/watch?v=EYsY5zopguE
www.azlyrics.com/lyrics/hanson/aminutewithoutyou.html


"A Minute Without You" (Hanson)

Well I woke up this morning
And the night had been so long
Seems that I had had my mind on you
Well the day, it has begun, and I can't get a minute,
can't get a minute without you
You're always on my mind, you're always in my head
And I can't live, I can't live another day without you
'Cause when the minutes seem like hours and the hours seem like days
Then a week goes by you know it takes my breath away
All the minutes in the world could never take your place
There's one-thousand-four-hundred-forty hours in my day
I've been trying to call you all day, 'cause I got so many things
that I want to say
I'm going crazy, 'cause all my thoughts are filled with you
There's got to be some way I can get through to you ohh
[Repeat Chorus]

I can't keep myself from thinking about you
It's because I love you, and I know that it's true, whoooa
I'll call it desperation, can't you see it in my eyes?
That I want be with you until the sun falls from the sky
[Repeat Chorus]

Selasa, 24 Januari 2012

We are muslims, we are family! : )

Tuesday, August 30, 2011 at 1:02am


 Saya seorang muslim. Mungkin saya seorang muslim yg belum memiliki pengetahuan yg luas tentang Islam, belum memiliki tingkat kealiman tinggi, tapi saya yakin sepenuhnya bahwa Islam itu benar. Sampai saat ini saya masih terus ingin mempelajari Islam dan berusaha agar bisa menjadi seorang muslim yang lebih baik. Tapi meski pengetahuan saya belum banyak, saya tetap ingin menyampaikan apa yang ada dalam pemikiran saya yang sejak dulu ingin saya share kepada rekan sesama muslim lainnya. 
Saat SMA, saya bersekolah di suatu sekolah negeri. Tentu saja suasana pluralis selalu ada di setiap sekolah negeri meskipun jumlah siswa yang beragama Islam tetap menjadi angka mayoritas. Menurut yang saya ingat, setiap organisasi keagamaan di sekolah saya, baik dari agama Islam maupun agama-agama selain Islam, sama-sama sangat aktif dalam menjalankan kegiatannya masing-masing. Tapi bukan itu fokus dari apa yang akan saya sampaikan di sini.
Di sekolah saya ini, ada wadah bagi siswa Islam yang biasa disebut MKI (Majelis Kerohanian Islam). Mereka yang aktif dalam majelis ini, biasanya memiliki ciri tertentu yang tampak jelas. Siswa laki-laki biasanya memakai celana yang panjangnya di atas mata kaki, dan sebisa mungkin tidak berkomunikasi secara langsung dengan siswa perempuan. Sedangkan siswa perempuan biasanya mengenakan jilbab yang lebar dan panjang, dan sebisa mungkin tidak berkomunikasi dengan siswa laki-laki. 
Yang saya heran, baik pada saat itu maupun sampai sekarang, banyak siswa yang notabene beragama Islam yang mencibir eksistensi mereka. Sering saya jumpai kawan-kawan saya yang beragama Islam mempermasalahkan sikap siswa-siswa MKI yang menunduk ketika berbicara dengan lawan jenisnya. Bahkan tidak jarang hal ini mereka jadikan bahan olok-olok meskipun itu tidak mereka katakan di depan pihak yang bersangkutan. Mungkin saya sendiri tidak memiliki paham keagamaan seperti anak-anak MKI tersebut. Tapi menurut saya, tidak sepantasnya hal tersebut menjadi suatu bahan olok-olok yang dapat merusak hubungan persaudaraan sesama muslim. Kalau bisa bertoleransi dengan teman yang berbeda agama dengan cara tidak saling mengolok atau merendahkan satu sama lain, kenapa tidak bisa bertoleransi dengan teman yang berbeda paham? Bukankan semua muslim itu bersaudara?
Sering sekali saya jumpai orang-orang yang mengaku berpikiran maju dan terbuka justru melakukan hal semacam ini. Mereka selalu mengedepankan toleransi beragama, tapi entah kenapa kalau dihadapkan dengan kawan seagamanya yang berbeda paham, mereka lupa akan apa yang mereka yakini tentang toleransi. Dalam Islam, toleransi antar umat beragama tentu saja juga diajarkan. Tapi tentu saja toleransi tersebut tetap harus berdasarkan hukum Islam. Sebagai misal, Islam melarang pernikahan dua orang yang berbeda agama. Kalau pernikahan itu tetap dilakukan, pernikahan itu tidak sah.
Entah kenapa banyak orang Islam 'modern' yang justru bersikap memusuhi orang Islam lain yang kebetulan berbeda paham. Kalau paham tersebut dianggap sebagai paham sesat, mungkin sikap tersebut beralasan karena paham yang sesat bisa jadi menyesatkan umat. Tapi Kalau paham tersebut masih sesuai ajaran Rosulullah dan tidak bertentangan dengan Al Qur'an dan Hadits, kenapa menjadi suatu masalah?
Tak jarang juga anak-anak MKI ini disebut sebagai teroris. Miris hati saya mendengar teman saya yang notabene seorang muslim mengucapkan ini. Teroris? Kenapa kata itu bisa-bisanya digunakan untuk menyebut seseorang yang tidak terbukti melakukan tindakan teror apapun dan seseorang tersebut jelas-jelas mengaku bahwa tiada Tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah?
Saat saya kuliah, saya menjumpai wadah bagi mahasiswa islam yang bernama SKI di kampus saya. Lagi-lagi, saya menjumpai kawan-kawan yang mencibir mahasiswa yang tergabung dalam organisasi ini. Karena saat SMA saya sudah sering menemukan fenomena semacam ini, saya sudah tidak kaget lagi. Tapi, jauh di lubuk hati saya, saya sangat menyayangkan kawan-kawan saya sesama muslim yang jelas-jelas mencibir saudara sesama muslimnya, apalagi sampai menyebut mereka teroris.

Lewat catatan ini saya cuma ingin mengeluarkan uneg-uneg saya. Catatan ini tidak dimaksudkan untuk memojokkan pihak tertentu. As we are muslims, we are family! : )





In My World




I open my eyes in this cold night
Staring at the ceiling all night long
Trying to think about what is right
Trying to seek what is wrong

Well,yes. I am contrary
I ruin many things with my rudeness
Perhaps my mind is full of hypocrisy
And sometimes I can be so heartless

I am sensitive
That's what I'll always gonna be
I am naive
That's what they always think of me

I look at the world of mine
It's not the same as the world of yours
It's not the same as the world of ours
It will be different like this for every mind

At this over night
I set my immature mind free
letting the frozen pond out of sight
and my own world will come to me

Surely, everyone will change
Everything won't always be the same
in 86,400 seconds  in a day 
Everyone will play in this game
in my world, in your world...







by Rosalina

February 8, 2011 03:27

Let's call it "A Picture of Unity in Diversity".



Saya sangat suka foto ini. Foto ini diambil setelah saya dan teman-teman seorganisasi selesai mementaskan drama pendek dalam rangka memperingati hari Kartini tahun 2009 di sebuah sekolah swasta di Solo. Lihat! Orang-orang di foto ini terdiri dari berbagai ras. Let's call it "A Picture of Unity in Diversity".

Lewat Seorang Teman, Allah Mengingatkan Saya

Beberapa saat lalu saya membuka account facebook saya. Di bagian samping kanan halaman, biasanya ada link Recommended Pages. Biasanya itu adalah page2 yang disukai oleh teman. Page2 itu bisa jadi olahraga kesukaan, penyanyi yang disukai, atau merk2 dagang terkenal. Kali ini yang muncul adalah page "walking". Iseng-iseng saya melirik siapa teman saya yang nge-like page tersebut. Hati saya benar-benar tersentuh karena teman yang nge-like page tersebut adalah teman saya yang pernah mengalami kecelakaan parah sehingga sampai sekarang jalannya pincang. Kecelakaan itu terjadi bertahun-tahun silam. Saya masih ingat benar bagaimana saya dan teman-teman saya berkumpul di rumah sakit untuk menjenguk teman saya yang mengalami kecelakaan itu. Dia dikenal sebagai orang yang ceria dan penuh semangat. Walaupun kadang bandel dan menjadi sasaran kemarahan guru, dia bukan anak yang bodoh dalam pelajaran. Kecelakaan yang menyebabkan kakinya pincang sepertinya juga tak mematahkan semangatnya. Saya sudah tidak tahu bagaimana kabar dia sekarang. Tapi saya yakin semangat itu masih ada pada diri teman saya itu. Semoga tetap seperti itu. Selalu. Bagaimanapun juga, lewat dia, Allah pasti menghendaki saya untuk bersyukur atas apa yang saya miliki. Saya memiliki kaki yang sehat yang bisa membawa saya pergi kemanapun yang saya inginkan. Setiap kali saya patah semangat, saya akan mengingat ini.

Senin, 23 Januari 2012

Phase of My Life


Masa dewasa adalah masa dimana seseorang dituntut untuk berpikir dan bertindak secara bijaksana dan bertanggungjawab. Paling tidak itulah pendapat saya bila ditanya apa itu masa dewasa.  Di sini saya tidak akan menjabarkan bagaimana seharusnya seseorang berperilaku maupun berpikir di saat dia memasuki masa dewasa. Saya justru ingin bercerita bagaimana dunia saya sebelum masa itu mendatangi saya dan bagaimana saya memasuki "pintu"-nya.
Sebagai anak bungsu dengan banyak saudara, terus terang saya agak manja apabila di rumah, meskipun saya bisa bertindak mandiri dan tidak manja apabila di luar rumah. Mungkin ini karena faktor kebiasaan saja. Bagaimanapun juga saya melalui masa kecil dengan bahagia meskipun saat itu saya adalah anak kecil cengeng yang kadang jadi korban keisengan kakak-kakaknya (Saya pasti juga akan menjahili adik saya seandainya saya punya adik. Saya rasa itu bagian dari ritual keluarga). Masa kecil saya penuh pengalaman indah. Bermain dengan anak tetangga, berkelahi, memanjat pohon, bersepeda kemanapun saya mau, dan tentunya juga bermain kemah-kemahan di bawah meja bersama kakak-kakak saya yang jumlahnya banyak itu. Saya merasa nyaman sekali di masa itu. Meskipun bukan termasuk anak yang cerewet dan mudah bergaul dengan siapa saja, saya menikmati masa kecil saya.
 Memasuki masa remaja, saya bertambah sangat-sangat-sangat bahagia. Perempuan jaman dulu mungkin akan malu ketika mendapat haid pertamanya. Ketika saya mendapat haid pertama saya, saya masih ingat betul ada perasaan bangga dalam diri saya. Seolah-olah saya bisa membuktikan "Hei! Aku sudah besar sekarang! Akhirnya aku sama seperti kakak2 perempuanku!". Jujur, saat itu saya bangga karena akhirnya saya bisa masuk "geng" kakak2 perempuan saya. Paling tidak akhirnya saya sedikit-sedikit mengetahui dunia mereka yang selama ini dirahasiakan dari saya. Haha.. dulu saya sering bertanya mengenai masalah kewanitaan pada kakak2 saya tapi mereka malah menjawab dengan tawa atau dengan jawaban2 yang "ngalor ngidul". Dalam penjelasan itu, sering muncul hal-hal aneh seperti "kapal superman" atau "roti Jepang". Mungkin mereka tidak tahu harus menjawab bagaimana jadi jawaban mereka jadi aneh begitu.
Awal masa remaja, tepatnya waktu SMP kelas 1, saya sangat suka nonton film seri Hollywood. Party of Five, Buffy the Vampire Slayers, Two of a Kind, Popular, Clueless, Sabrina the Teenage Witch, dll, pokoknya hampir semua saya tonton. MTV adalah channel wajib bagi saya, dan The Moffatts adalah idola saya. Saat itu dengan bangga saya katakan kalo saya adalah the biggest fan of Clint Moffat! Saat itu saya adalah seorang remaja yang mengikuti mainstream saat itu, yang hafal lagu "I want it that way" milik BSB di luar kepala, yang sudah sangat senang ketika seorang teman mengirimkan salam lewat surat ke MTV Most Wanted, yang tak pernah mau ketinggalan berita kalau ada lagu baru yang jadi hit. Sekarang saya tidak peduli bagaimana kabar terakhir dari Britney Spears atau apa top hits minggu ini. Buat saya semua itu sekarang adalah hal2 remeh yang tak perlu mendapat perhatian khusus. ; D
Pada masa ini juga tentu saja saya punya perasaan naksir atau simpati pada lawan jenis. Saya ingat betul saya memberikan julukan pada masing-masing cowok tampan di sekolah maupun pada cowok tetangga. Untuk cowok yang saya suka ketika saya SMP, saya menganugrahinya nama "Mr. Blue" tanpa diketahui olehnya. Alasannya adalah karena dia selalu memakai jaket biru putih dan tasnya biru. Kebetulan saya juga suka warna biru. Untuk cowok tetangga (Saya tidak mengenalnya. Dia itu bukan tetangga dekat saya), saya memberikan nama "Morning Boy", dengan alasan, saya selalu melihatnya di pagi hari saat dia berangkat ke sekolah. Hanya berpas-pasan dengan si Morning Boy itu saja sudah bisa membangkitkan semangat saya di pagi hari dan mood saya jadi ceria sekali. Lebih-lebih ketika tiba di sekolah dan saya melihat sosok Mr. Blue (meskipun hanya dari kejauhan). Saya akan sangat bahagia dan menceritakan itu pada teman se-geng saya dengan semangat '45. Saya sering menceritakan hal2 tidak penting seperti misalnya bahwa saya baru saja melihat Mr. Blue yang sangat keren berjalan menuju mushola dengan sarung hijaunya di pundak, atau. Mr. Blue kebagian tugas jaga koperasi dan saya sangat deg-degan ketika membeli permen di koperasi. Benar-benar gaya ABG sejati. Sampai sekarang si Mr. Blue ini masih tetap tampan. Bagaimanapun juga orang tampan meskipun bertambah umur tetap saja tampan. Semoga saja wanita yang dinikahinya nanti bukan tipe yang kelewat cemburuan. Haha...
Masa remaja bagi saya adalah masa terindah, masa yang penuh warna dan gejolak. Penuh dengan hal-hal konyol yang membuat saya tersenyum sendiri kalu mengingatnya. Indah... sangat indah...
Ketika akhirnya saya berada di ambang pintu kedewasaan, saya sempat takut memasukinya. Saya sempat terkena Peter Pan syndrom, dimana saya tidak mau memasuki pintu itu. Berbulan-bulan saya berpikir dan terus berpikir. Siapkah saya memasuki masa ini? Berulang kali hati kecil saya menjawab. Tidak, saya tidak siap. Tapi dorongan untuk memasuki pintu itu sedemian kuat sehingga saya tidak kuasa mengelak. Perlahan-lahan saya memasuki pintu itu. Mungkin saat ini saya baru berjalan beberapa langkah melalui pintu. Kadang saya ingin kembali keluar pintu. Tapi hukum alam menyeret kembali saya untuk memasuki pintu itu. Setiap saya ingin kembali keluar pintu, saya terus-menerus diseret untuk memasuki pintu itu. Akhirnya saya menyerah juga. Saya melihat teman-teman seusia saya juga memasuki pintu yang sama. Beberapa bahkan ada yang memasukinya dengan anggun tanpa penolakan. Jujur saya iri melihat mereka yang seperti itu. Dan sekarang, sampailah saya di sini. Saya sudah berada di dunia di balik pintu yang bernama "masa dewasa" atau "kedewasaan", terserah bagaimana anda menyebutnya. Memang ada hal-hal di luar pintu yang cukup berat untuk ditinggalkan. Tapi saya tahu, yang saya hadapi sekarang adalah hal-hal yang ada di balik pintu, hal-hal yang terserak di depan saya. Ada yang terlihat sangat jelas, ada yang masih tersembunyi dan tidak saya ketahui. Tapi saya tidak akan membiarkannya menjadi misteri. saya akan singkap semua itu satu persatu. Dan sepertinya, dunia di balik pintu ini jauh lebih luas dari yang bisa saya bayangkan. Anyway, I  have to move on!!! May Allah bless me.




Pada masa ini juga

Minggu, 22 Januari 2012

Friendship and Me



Semakin dewasa, semakin banyak pula orang-orang yang saya temui dalam hidup saya. Saya belajar untuk mengenal kepribadian berbagai macam orang. Dulu saya pikir saya bisa menerima berbagai macam orang dalam kehidupan saya. Tapi seiring berjalannya waktu, tanpa saya sadari, saya melakukan penyaringan atau bisa juga dianggap penyeleksian pada orang-orang yang bisa saya jadikan teman dan tidak. Waktu pikiran saya masih polos dan kelewat innocent, tepatnya ketika saya masih SD : ), saya biasanya tidak berpikir jauh untuk mempertimbangkan hal-hal dalam memilih teman. Waktu itu saya menjalani kehidupan sosial saya seperti aliran air. Kemana aliran air menuju, ke sanalah saya pergi.
Sejak SMP, saya mulai melakukan penyeleksian itu.  Terus terang, sejak SMP sampai kuliah pola pertemanan saya nge-geng. Saat SMP saya punya geng yg isinya cewe semua. Alhamdulillah kami semeua masih terus bersilaturahmi sampai sekarang, meskipun beberapa dari kami sudah jarang keep in touch. Dalam pola pertemanan nge-geng seperti itu biasanya memang ada kecenderungan lebih dekat dengan 1 atau 2 orang saja. Dan itu juga yang terjadi dengan saya. Meskipun sebenarnya kami berdelapan, hanya 2 orang saja yang saya rasa masih benar2 klik sampai sekarang. Bukan berarti ada konflik diantara saya dan teman2 yang lain. Hanya saja, mungkin kami sudah memiliki kehidupan kami sendiri, sudah ada orang-orang baru yang datang dalam kehidupan kami yang kami rasa lebih dekat. Saya menganggap ini sesuatu yang tidak aneh. Justru sangat alami.
Masa SMA saya tidak terlalu menarik bagi saya, kecuali saat saya masuk kelas 3 IPS 2, dimana saya bisa menemukan berbagai macam kepribadian unik yang dimiliki teman2 sekelas saya. Jujur, ini kelas terbaik yang saya pernah saya miliki selama saya SMA. Saat kelas 1 SMA, kelas saya tidak kompak. Anak2 di kelas ini bisa dibilang terbagi ke dalam 2 blok. Saya tak mau menyebut blok-blok tersebut di sini. Tapi yang jelas, sebenarnya saya tidak memilih ke blok manapun. Tapi entah kenapa saya jadi ikut terbawa ke dalam salah satu blok. Dan anehnya, cowok yang saya sukai saat saya SMP yang saat itu kebetulan sekelas dengan saya berada di blok lawan. Benar-benar lucu sebenarnya. Saat SMP saya selalu berharap bisa satu kelas dengannya (karena selama SMP saya tidak mengenalnya : p), tapi saat kelas 1 SMA dan saya akhirnya bisa sekelas dengannya, saya malah hampir tidak pernah bicara dengannya. Saat itu juga saya sadar kalau saya tidak punya harapan (Haha..: D ).
Naik ke kelas 2 SMA, suasana kelas saya malah semakin buruk. Kalau saat kelas 1 perpecahan terjadi karena perbedaan pandangan hidup, saat kelas 2 perpecahan itu timbul karena perseteruan antar geng cewe yang akhirnya mengimbas ke seluruh kelas sehingga atmosfer permusuhan pun tak terelakan. Belum lagi adanya beberapa cowok sombong dengan pemikiran dangkal yang menyebalkan. Saya masih ingat betul siapa-siapa mereka itu. Pada saat berada di kelas ini, terus terang saya tidak ambil bagian dengan geng-geng cewe tersebut. Saat istirahat, saya justru sering berkumpul dengan teman se-geng saya waktu SMP yang juga berada di sekolah yang sama meskipun berbeda kelas. Bagaimanapun juga saya tidak betah dengan suasana kelas yang penuh permusuhan. Meskipun demikian, saya pernah terlibat konflik (meskipun bukan konflik besar) dengan beberapa cowok sombong berpikiran dangkal di kelas ini. Saya tidak suka permusuhan. tetapi kalau ada orang yang tidak menghargai saya, tentu saja saya akan melawan. Itulah yang saya lakukan pada cowok2 sombong berpikiran dangkal di kelas itu. Saya melawan dengan tegas dengan berkata tegas pada mereka.
Kelas 3 adalah kelas terbaik yang saya miliki saat saya SMA, meskipun salah satu cowok sombong yang sekelas dengan saya di kelas 2 juga ada di kelas itu. Bagaimanapun juga, di kelas itu si cowok sombong jadi lebih pendiam. Saya hampir tidak pernah bicara dengannya selama kelas 3 itu. Saya juga tidak peduli.
Kelas yang saya miliki di tahun terakhir saya di SMA ini mungkin bukan kelas terbaik di sekolah saya saat itu. Tapi saya merasakan kenyamanan di kelas itu. Tidak ada permusuhan di antara kaum cewe. Memang ada beberapa konflik antar cowok, tapi itu tidak mempengaruhi kenyamanan yang saya rasakan di kelas tersebut. Kelas itu dipenuhi dengan orang-orang kreatif yang sebagian besar hiperaktif. Tapi yang saya tahu, sebagian besar dari mereka tipe orang yang solider dengan kawan dan berani mengungkapkan pendapat dan pemikirannya tanpa basa-basi. Keterbukaan itulah yang saya suka. Keterbukaan yang kadang memang meyinggung perasaan orang lain ; ) , tapi bagaimanapun itu ekspresi jujur mereka yang ceplas-ceplos.
Masa kuliah mungkin masa terindah dalam kehidupan sosial saya. Saya menemukan teman-teman yang jujur tanpa topeng kepalsuan. Kami bahkan seperti saudara. Kami sering mencela satu sama lain. Tapi justru itu yang semakin mendekatkan kami. Banyak sekali drama terjadi dalam persahabatan kami. Bahkan ada romansa yang melibatkan beberapa orang diantara kami. Pernah juga kami saling benci. Tapi karena kami sudah cukup lama mengenal kepribadian kami satu sama lain, apa lagi yang bisa dilakukan selain memaafkan?
Di saat masa kuliah ini, saya juga mengenal beberapa orang baru di sebuah event. Saya pikir saya bisa menemukan persahabatan dalam diri mereka. Kami bersenang-senang. Kami mengobrol, bercanda, pergi ke beberapa tempat bersama. Tapi saya sadar. Ada sesuatu yang terlambat saya pahami. Saya tidak bisa menjalin persahabatan sejati dengan mereka. Ada hal-hal yang semakin memperuncing perbedaan diantara kami. Saat itu saya benar-benar terpukul. Saya merasa seperti orang bodoh yang mengemis persahabatan dari mereka, terlebih lagi salah satu dari mereka yang saya anggap sudah sangat dekat dengan saya. Rasanya seperti dicampakkan. olehnya. Saat itu saya benar-benar membencinya. Tapi sekarang saya sadar. Tidak ada gunanya menaruh kebencian. Saya hapus kenyataan bahwa saya pernah mengira saya adalah sahabatnya. Saya terus mengingatkan pada diri saya sendiri bahwa saya masih punya banyak sekali sahabat yang sudah saya anggap seperti saudara saya. Saya sekarang justru lega tidak memiliki sahabat seperti itu. Karena dia ternyata tidak lebih baik dari cowok-cowok sombong berpikiran dangkal yang sekelas dengan saya saat saya kelas 2 SMA.
Sekarang saya sudah memasuki dunia kerja. Saya putuskan saya tidak mau nge-geng. Bagaimanapun juga pola nge-geng sangat tidak pas untuk lingkungan kerja. Saya menikmati hari-hari saya di kantor dengan berbaur dengan semua karyawan. Hubungan kedekatan saya dengan masing-masing karyawan memang bukan hubungan persahabatan yang kelewat dekat seperti saat saya kuliah. Bagaimanapun juga, saya menikmati kehidupan sosial saya di kantor.
Sepertinya yang harus saya pikirkan saat ini adalah menuju ke jenjang berikutnya, pernikahan. Hopefully, Allah  send someone the best for me.  ; )