Sebagai anak bungsu dengan banyak saudara, terus terang saya agak manja apabila di rumah, meskipun saya bisa bertindak mandiri dan tidak manja apabila di luar rumah. Mungkin ini karena faktor kebiasaan saja. Bagaimanapun juga saya melalui masa kecil dengan bahagia meskipun saat itu saya adalah anak kecil cengeng yang kadang jadi korban keisengan kakak-kakaknya (Saya pasti juga akan menjahili adik saya seandainya saya punya adik. Saya rasa itu bagian dari ritual keluarga). Masa kecil saya penuh pengalaman indah. Bermain dengan anak tetangga, berkelahi, memanjat pohon, bersepeda kemanapun saya mau, dan tentunya juga bermain kemah-kemahan di bawah meja bersama kakak-kakak saya yang jumlahnya banyak itu. Saya merasa nyaman sekali di masa itu. Meskipun bukan termasuk anak yang cerewet dan mudah bergaul dengan siapa saja, saya menikmati masa kecil saya.
Memasuki masa remaja, saya bertambah sangat-sangat-sangat bahagia. Perempuan jaman dulu mungkin akan malu ketika mendapat haid pertamanya. Ketika saya mendapat haid pertama saya, saya masih ingat betul ada perasaan bangga dalam diri saya. Seolah-olah saya bisa membuktikan "Hei! Aku sudah besar sekarang! Akhirnya aku sama seperti kakak2 perempuanku!". Jujur, saat itu saya bangga karena akhirnya saya bisa masuk "geng" kakak2 perempuan saya. Paling tidak akhirnya saya sedikit-sedikit mengetahui dunia mereka yang selama ini dirahasiakan dari saya. Haha.. dulu saya sering bertanya mengenai masalah kewanitaan pada kakak2 saya tapi mereka malah menjawab dengan tawa atau dengan jawaban2 yang "ngalor ngidul". Dalam penjelasan itu, sering muncul hal-hal aneh seperti "kapal superman" atau "roti Jepang". Mungkin mereka tidak tahu harus menjawab bagaimana jadi jawaban mereka jadi aneh begitu.
Awal masa remaja, tepatnya waktu SMP kelas 1, saya sangat suka nonton film seri Hollywood. Party of Five, Buffy the Vampire Slayers, Two of a Kind, Popular, Clueless, Sabrina the Teenage Witch, dll, pokoknya hampir semua saya tonton. MTV adalah channel wajib bagi saya, dan The Moffatts adalah idola saya. Saat itu dengan bangga saya katakan kalo saya adalah the biggest fan of Clint Moffat! Saat itu saya adalah seorang remaja yang mengikuti mainstream saat itu, yang hafal lagu "I want it that way" milik BSB di luar kepala, yang sudah sangat senang ketika seorang teman mengirimkan salam lewat surat ke MTV Most Wanted, yang tak pernah mau ketinggalan berita kalau ada lagu baru yang jadi hit. Sekarang saya tidak peduli bagaimana kabar terakhir dari Britney Spears atau apa top hits minggu ini. Buat saya semua itu sekarang adalah hal2 remeh yang tak perlu mendapat perhatian khusus. ; D
Pada masa ini juga tentu saja saya punya perasaan naksir atau simpati pada lawan jenis. Saya ingat betul saya memberikan julukan pada masing-masing cowok tampan di sekolah maupun pada cowok tetangga. Untuk cowok yang saya suka ketika saya SMP, saya menganugrahinya nama "Mr. Blue" tanpa diketahui olehnya. Alasannya adalah karena dia selalu memakai jaket biru putih dan tasnya biru. Kebetulan saya juga suka warna biru. Untuk cowok tetangga (Saya tidak mengenalnya. Dia itu bukan tetangga dekat saya), saya memberikan nama "Morning Boy", dengan alasan, saya selalu melihatnya di pagi hari saat dia berangkat ke sekolah. Hanya berpas-pasan dengan si Morning Boy itu saja sudah bisa membangkitkan semangat saya di pagi hari dan mood saya jadi ceria sekali. Lebih-lebih ketika tiba di sekolah dan saya melihat sosok Mr. Blue (meskipun hanya dari kejauhan). Saya akan sangat bahagia dan menceritakan itu pada teman se-geng saya dengan semangat '45. Saya sering menceritakan hal2 tidak penting seperti misalnya bahwa saya baru saja melihat Mr. Blue yang sangat keren berjalan menuju mushola dengan sarung hijaunya di pundak, atau. Mr. Blue kebagian tugas jaga koperasi dan saya sangat deg-degan ketika membeli permen di koperasi. Benar-benar gaya ABG sejati. Sampai sekarang si Mr. Blue ini masih tetap tampan. Bagaimanapun juga orang tampan meskipun bertambah umur tetap saja tampan. Semoga saja wanita yang dinikahinya nanti bukan tipe yang kelewat cemburuan. Haha...
Masa remaja bagi saya adalah masa terindah, masa yang penuh warna dan gejolak. Penuh dengan hal-hal konyol yang membuat saya tersenyum sendiri kalu mengingatnya. Indah... sangat indah...
Ketika akhirnya saya berada di ambang pintu kedewasaan, saya sempat takut memasukinya. Saya sempat terkena Peter Pan syndrom, dimana saya tidak mau memasuki pintu itu. Berbulan-bulan saya berpikir dan terus berpikir. Siapkah saya memasuki masa ini? Berulang kali hati kecil saya menjawab. Tidak, saya tidak siap. Tapi dorongan untuk memasuki pintu itu sedemian kuat sehingga saya tidak kuasa mengelak. Perlahan-lahan saya memasuki pintu itu. Mungkin saat ini saya baru berjalan beberapa langkah melalui pintu. Kadang saya ingin kembali keluar pintu. Tapi hukum alam menyeret kembali saya untuk memasuki pintu itu. Setiap saya ingin kembali keluar pintu, saya terus-menerus diseret untuk memasuki pintu itu. Akhirnya saya menyerah juga. Saya melihat teman-teman seusia saya juga memasuki pintu yang sama. Beberapa bahkan ada yang memasukinya dengan anggun tanpa penolakan. Jujur saya iri melihat mereka yang seperti itu. Dan sekarang, sampailah saya di sini. Saya sudah berada di dunia di balik pintu yang bernama "masa dewasa" atau "kedewasaan", terserah bagaimana anda menyebutnya. Memang ada hal-hal di luar pintu yang cukup berat untuk ditinggalkan. Tapi saya tahu, yang saya hadapi sekarang adalah hal-hal yang ada di balik pintu, hal-hal yang terserak di depan saya. Ada yang terlihat sangat jelas, ada yang masih tersembunyi dan tidak saya ketahui. Tapi saya tidak akan membiarkannya menjadi misteri. saya akan singkap semua itu satu persatu. Dan sepertinya, dunia di balik pintu ini jauh lebih luas dari yang bisa saya bayangkan. Anyway, I have to move on!!! May Allah bless me.
Pada masa ini juga
Tidak ada komentar:
Posting Komentar